Konon
ada seekor keledai dan seekor serigala yang bersahabat baik. Mereka selalu
tampak bersama-sama. Malam itu tampak kedua sahabat itu berjalan beriringan.
“Uh, panas malam ini” kata Serigala.
“Ya, aku jadi pingin makan semangka!” Jawab Keledai.
“Ya, aku bisa membayangkan segarnya buah semangka!”
“Ayo kita cari!”
Keduanya
lalu berjalan kea rah lading pertanian. Tak lama kemudian, nampaklah oleh
mereka sebuah lading penuh dengan buah semangka yang besar-besar.
“Serigala, lihatlah semangka-semangka itu! Kalau melihat
besarnya tentu sudah masak-masak!” Kata si Keledai sambil menelan air liurnya.
“Ayo, segera kita serbu!”
“Tunggu dulu!” cegah si Serigala.
“Kenapa?”
“Perhatikan keadaan dulu. Amana tau tidak?”
“Aman!” Teriak si Keledai sambil menghambur ke lading
semangka itu. Segera dimakannya sebuah semangka yang besar.
“Oh, nikmatnya! Ayo, sahabat, cepat kesini! Engkau boleh
memilih dan memakan sesukamu!”
Setelah
memastikan keadaan aman, Serigala segera menyusul si Keledai menikmati
semangka-semangka itu. Selesai memakan dua buah semangka, Serigala pun merasa
cukup. Ia pun berkata,
“Ayo kita kembali, sebelum ketahuan
pak Tani!”
“Mengapa harus buru-buru? Lihatlah malam semakin larut,
tentu pak Tani itu sedang terlelap di atas tempat tidurnya.” Jawab Keledai.
“Tapi….”
“Lihatlah bulan dan bintang itu pun tenang-tenang saja di
tempatnya! Rasakan pula angin yang bertiup sepoi-sepoi ini, betapa nikmatnya
hidup ini. Setelah makan semangka membuatku merasa nyaman. Aku merasa ingin
menyanyi!”
“Jangan!”
Keledai
mulai menyanyi.
“Jangan bodoh! Hentikan suaramu yang memekakkan telinga
itu! Pak Tani bisa tebangun mendengar suara jelekmu itu!” Kata serigala sambil
menarik temannya.
“Apa Katamu? Suaraku jelek?” jawab Keledai sambil
menepiskan tarikan sahabatnya. “Suara merdu begini dibilang jelek.
Jangan-jangan kamu iri?”
Keledai
pun meneruskan nyanyiannya sambil melompat ke kanan dan ke kiri. Serigala
menebarkan pandangan ke sekeliling lading dengan perasaan khawatir.
“Keledai sahabatku, ayolah segera meninggalkan tempat ini!”
“Ha ha ha, pasti kamu cemburu pada suaraku! Dengarlah ini,
merdu bukan?” keledai bernyanyi semakin keras.
“Kamu menyanyilah terus. Aku lebih baik keluar dari lading
ini dan menunggumu di atas sana,” kata Serigala sambil berlari keluar kebun
semangka dan bersembunyi di tempat yang terlindung.
Keledai tak menghiraukannya. Ia terus bernyanyi dan
bernyanyi.
Dan tiba-tiba,
“Plak! buk!”
Sebuah pentungan mendarat di kepala si Keledai. Ia tak
sempat menjerit. Matanya berkunang-kunang lalu ambruk ke tanah. Ia masih
merasakan beberapa pukulan lagi mendarat di tubuhnya sebelum pingsan. Rupanya
saking asyiknya bernyanyi si keledai tidak menyadari kedatangan pak Tani yang
terbangun oleh suara berisik yang ditimbulkannya.
Pak Tani lalu mengikat keledai itu pada sebuah tiang pagar
di pinggir kebun itu. Setelah memastikan kuatnya ikatan tali, pak tani lalu
kembali ke rumahnya.
Setelah pak Tani meninggalkan tempat itu, Serigala segera mendekati
sahabatnya itu. Keledai sudah sadar kembali. Serigala segera melepaskan ikatan
tali pada lehernya.
“Yah, akibat kebodohanku sendirilah menyebabkan aku
dipukuli pak Tani,” rintih keledai sambil berusaha berdiri. “Lain kali aku akan
mendengarkan nasihat baik yang diberikan kepadaku oleh siapapun.”
“Ayo, kita pergi dari sini!”
“Maafkan aku, sahabat!” kata Keledai sambil berjalan
tertatih-tatih. “Aku memang keledai dungu! Sudah tidak mau mengindahkan
nasihatmu, masih dengan tega menuduhmu cemburu!”
No comments:
Post a Comment